TEI 2025 kali ini mengusung tema "Discover Indonesia's Excellence, Trade Beyond Boundaries" yang menjadi momentum penting bagi pelaku ekspor nasional ...
(UMKM) Sinagi Papua di Trade Expo Indonesia (TEI) 2025/(Foto: Dimas Choirul/Jawapos.com). JawaPos.com -- Di antara gemerlap lampu pameran dan percakapan antarpengusaha di acara Trade Expo Indonesia (TEI) 2025, ribuan pengunjung tampak berdesakan menyusuri deretan stan yang menampilkan aneka produk lokal unggulan. Meski begitu, ada satu sudut yang menarik perhatian: etalase sederhana yang di atasnya berjejer berbagai produk hasil bumi dari ujung timur Indonesia. Di balik etalase itu, seorang perempuan mengenakan baju bermotif burung cenderawasih dengan telaten merapikan berbagai produk yang dibawanya. Sesekali Ia melempar senyum ramah kepada setiap pengunjung yang lewat di depan stannya. Dialah Yuliance Ulim, atau akrab disapa Kaka Yuyun, pemilik dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sinagi Papua. "Sinagi Papua ini kelompok UMKM berbasis sosial. Kami hadir di TEI untuk menunjukkan pangan lokal khas Papua," tutur Yuyun saat ditemui Jawapos.com di stan Food, Beverage, and Agriculture TEI 2025, Rabu (15/10). Sinagi Papua, kata Yuyun, lahir dari semangat untuk mengangkat kearifan lokal Suku Moi. Dari tangan-tangan masyarakat adat, berbagai produk unik tercipta--mulai dari bumbu asin nipah, teh kulit kayu, hingga kerupuk sagu dan keripik umbi-umbian. Semua diolah dari hasil alam Papua dan diracik dengan cara tradisional. "Kalau bicara pangan Papua itu banyak, semua suku punya produk masing-masing. Kami punya garam dari pelepah nipa, teh dari kulit kayu, dan makanan khas seperti kerupuk sagu serta keripik umbi-umbian," jelas dia. Menariknya, setiap produk Sinagi Papua tak hanya lezat, tapi juga sarat makna. Garam dari pelepah nipah, misalnya, adalah wujud pengetahuan leluhur dalam memanfaatkan bahan alam tanpa limbah. Begitu pula dengan teh kulit kayu--tradisi minum yang diwariskan turun-temurun. "Karena kami di Papua, sebagian besar Papua tidak mengenal daun teh, tapi dulu kearifan lokal kami minum kulit kayu, kami minum daun-daun yang ada di hutan, begitu. Itu yang kami coba untuk membuat dalam produk, supaya kami kenalkan ke nusantara ini bahwa ada makanan-makanan khas dari kami Suku Moi, Papua," ujar Kaka Yuyun. Berdiri sejak tahun 2020, Sinagi Papua lahir di bawah bimbingan Seniman Pangan Indonesia. Dari sinilah Yuyun dan tim belajar banyak hal: mulai dari cara mengolah bahan pangan lokal, teknik pengemasan yang baik, hingga strategi pemasaran digital. Dengan dukungan Bank Indonesia (BI) dan pendampingan mitra seperti Jafara, Sinagi kini tumbuh menjadi percontohan UMKM berbasis sosial dari Papua. Produk mereka juga telah dijual lewat mitra dan platform penjualan daring atau marketplace. Tak hanya itu, Sinagi Papua juga kerap mengikuti pameran yang diadakan oleh sejumlah instansi. Meski baru perdana mengikuti TEI 2025 ini, Kaka Yuyun berharap produknya bisa dikenal lebih luas hingga ke luar negeri. "Harapan kami lewat kegiatan seperti TEI 2025 ini, kami bisa belajar banyak tentang sertifikasi dan persiapan ekspor," tandasnya TEI 2025: Momentum Perluas Pasar Global TEI 2025 kali ini mengusung tema "Discover Indonesia's Excellence, Trade Beyond Boundaries" yang menjadi momentum penting bagi pelaku ekspor nasional menembus pasar dunia. Digelar di ICE BSD City, Tangerang, selama 15-19 Oktober 2025, pameran ini merupakan wujud nyata komitmen pemerintah dalam memperluas pasar internasional serta meningkatkan nilai tambah ekspor Indonesia. "Pameran TEI merupakan salah satu wujud nyata Kementerian Perdagangan dalam merealisasikan asta cita Bapak Presiden. TEI 2025 merupakan program yang strategis dan kolaboratif dalam mendiversifikasi pasar tujuan ekspor serta memperkuat peran Indonesia dalam rantai pasok global sebagai upaya mencapai target pertumbuhan ekonomi menuju Indonesia Emas," ujar Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso dalam sambutannya, Rabu (15/10). Selama 40 tahun penyelenggaraan, TEI telah menjadi ajang pertemuan antara eksportir nasional dengan ribuan buyer internasional dari berbagai negara. Tahun ini, TEI mencatat partisipasi sebanyak 1.619 peserta dengan 8.045 buyer dari 130 negara, angka tertinggi dalam lima tahun terakhir. Pemerintah menargetkan nilai transaksi dagang mencapai USD 16,5 miliar, naik dibandingkan target tahun lalu. "Diharapkan penyelenggaraan TEI 2025 ini dapat berkontribusi nyata bagi peningkatan ekspor, menarik lebih banyak investasi, serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Mendag Busan. Ribuan Produk dan Zona Inovatif Pameran TEI 2025 menghadirkan tiga zona utama, yaitu Food, Beverage, and Agriculture Products; Manufacture Products; serta Services and Lifestyle Products. Ribuan produk unggulan Indonesia siap menarik perhatian pasar global, mulai dari rempah dan olahan pangan, furnitur, hingga teknologi kreatif berbasis keberlanjutan. TEI tahun ini juga memperkenalkan dua terobosan baru yang menjadi sorotan utama, yaitu "Desa Orientasi Ekspor" dan "Paviliun UMKM BISA Ekspor (Berani Inovasi, Siap Adaptasi)". Program tersebut merupakan upaya konkret Kemendag dalam menyiapkan pelaku usaha di daerah agar mampu bersaing dan menembus pasar internasional. Desa Orientasi Ekspor menampilkan produk-produk desa binaan yang telah memenuhi standar ekspor, sementara Paviliun UMKM BISA Ekspor menyoroti karya inovatif pelaku usaha kecil yang berhasil beradaptasi dengan tren global. Sebelum TEI 2025 dibuka, Kemendag telah menggelar pra-business matching antara eksportir dan buyer potensial yang berlangsung secara daring dan luring. Fasilitasi ini memudahkan pelaku usaha menjajaki kerja sama dagang lebih awal, dengan dukungan sistem pendampingan dan penerjemah profesional. Selain itu, pada hari pembukaan juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara sejumlah eksportir nasional dan buyer dari kawasan Asia, Timur Tengah, hingga Amerika Latin. Kerja sama tersebut menjadi bukti nyata meningkatnya kepercayaan global terhadap produk Indonesia. Mendag Busan melaporkan, kinerja ekspor Indonesia terus menunjukkan tren positif di tengah tantangan global. Periode Januari-Agustus 2025, nilai ekspor Indonesia meningkat 7,72 persen atau senilai USD 185,12 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 171,86 miliar. Surplus perdagangan kumulatif juga naik 53,3 persen menjadi USD 29,14 miliar. "Capaian ini mendukung target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen," ucap Mendag Busan. Menurut dia, peningkatan ekspor ini juga didorong oleh keberhasilan Indonesia menuntaskan berbagai perjanjian perdagangan internasional, seperti Indonesia-Peru CEPA, Indonesia-Kanada CEPA, dan negosiasi Indonesia-EU CEPA, yang membuka akses pasar baru di lima kawasan strategis dunia. Selama penyelenggaraan TEI 2025, pengunjung dan peserta dapat mengikuti business forum, business counseling, serta Primaniyarta dan Primaduta Award. Penghargaan tersebut diberikan kepada eksportir berprestasi, kepala daerah berkontribusi tinggi terhadap peningkatan ekspor, serta buyer mancanegara yang konsisten menjadi mitra Indonesia. Selain itu, TEI 2025 juga terintegrasi dengan Pangan Nusa 2025 di Hall 9, yang menampilkan keragaman kuliner nusantara untuk dipromosikan ke pasar internasional. Program ini diharapkan memperkuat citra Indonesia sebagai negara dengan potensi pangan dan produk kreatif yang bernilai ekspor tinggi. Kemendag turut mengundang masyarakat umum untuk hadir pada TEI 2025 agar pameran ini makin meriah. Pameran ini dapat dikunjungi secara gratis. Bagi masyarakat yang ingin mengunjungi, dapat melalukan registrasi melalui web resmi tradexpoindonesia.com, atau langsung di lokasi melalui konter pendaftaran.(Dimas Choirul/Jawapos.com).